Reflection | 8/12 menuju Seperlima Abad

Sebagai orang yang sudah dari dulu ga peduli sama pendapat orang lain akan diri saya sendiri, membuat orang lain jujur pada dirinya sendiri seperti apa saya. Secara tidak langsung saya mengajarkan orang lain untuk menunjukkan secara blak-blakan seperti apa mereka harus merespon saya, tanpa harus memikirkan saya akan sakit hati atau tidak sesudahnya.

Menurut saya ini bagus, kok. Saya hidup dilingkungan saya sendiri. Bukannya tidak mau mengenal dunia luar dan menambah relasi. Bukan, bukan itu maksud saya. Kasarnya begini, orang lain tidak bisa mencampuri keputusan yang akan saya buat.

Keras kepala.
Memang,
Tapi syukurnya hal ini tidak lantas menjadikan orang-orang disekitar saya seenaknya ke saya. Mereka lebih ke "menjaga jarak" saya. Sedih? Tentu saja tidak. Ini bagus. Saling menguntungkan. Mereka tidak perlu bercanda gurau penuh kepalsuan hanya untuk tetap menjalin hubungan baik dengan saya. Seperlunya saja, maka dengan begitu saya juga tidak perlu membuang banyak waktu untuk urusan tidak penting dengan mereka.

Sombong,
Bukan. Ini lebih kepada memanfaatkan waktu dengan baik.

YOLO atau You Only Live Once, bukan berfoya-foya kesana kemari, check in cafe mahal tiap malam, atau berlomba-lomba beli baju dengan model terbaru. Engga, buat saya YOLO lebih kepada bagaimana kita menjaga, memelihara dan menjadikan hidup yang cuman sekali ini menjadi sangat berarti bagi diri sendiri dan orang lain. Dan buat saya, makan malam dicafe ternama cuman buat cari nama dan nambah-nambahin followers instagram bukan sesuatu yang berfaedah buat hidup saya. 



 Lha wong saya gapernah kepikiran buat bilang gini ke anak, "Nak, dulu followers instagram mama sampai 8k lho!!"
"Wahhh selamat mama. Instagram itu apa?"

Ngomongin tentang YOLO, ngomongin hidup yang cuman sekali, sejujurnya saya juga belum pasti apakah yang sedang saya kerjakan sekarang memang akan menjadikan hidup saya bermakna kedepannya atau tidak. Untuk sekelas gadis yang belum cukup 20 tahun, saya masih belum tau passion saya dimana. Hobby saya apa. Ntar di umur 30 tahun akan jadi seperti apa hidupnya. Dan banyak lagi. 

Sehari-hari saya cuman kuliah-ngerjain tugas-menjadi relawan-ngurusin jualan dan kerja di akhir pekan. Saya bahkan tidak memasukkan hobi dalam deretan daftar kegiatan sehari-hari. Yang saya tau saya sebisa mungkin menyibukkan diri selama 24/7 supaya ga kepikiran tentang pacar dimana hal-hal yang negatif dan pergaulan-pergaulan tidak baik di sekeliling saya. 

Saya beneran gatau apa semua yang saya lakuin sekarang ini bakal ada faedahnya dikemudian hari atau tidak. Yang penting, konsisten aja. Hal kecil yang dilakukan dengan konsisten adalah hal yang luar biasa, katanya gitu.

Menulis blog termasuk hal kecil yang belum bisa saya bumbui dengan "konsisten". Iya, saya ngaku deh kalau saya jarang posting, terus kalau ngeposting isinya curhatan sampah tentang galau-galaunya kuliah, masalah-masalah sama temen, sampe ngegalauin pacar yang ga berkabar dan lain-lain.

Saya mikirnya gini lho, kalau kamu, iya kamu, yang lagi baca postingan ini cuman ngebacain curhatan tahique saya ini, tanpa terhibur atau paling tidak rasa dahaga penasaran yang terpenuhi atau paling tidak rasa ingin tahu yang terobati, kan kasian kamunya. Buang-buang waktu dan kuota untuk baca curhatan saya yang dulunya bercita-cita jadi arsitek yang punya sekolah dance, malah nyasar ke dunia para calon helm putih proyek. 

"Gapapa bil, lanjutin aja. Kau jangan mikir pembacamu ga dapat apa-apa. Kalau pembacamu pintar, dengan kau upload isi pikiran mu ke blog, sedikit banyak itu bakal jadi pembelajaran hidup buat mereka. Untuk ga jatuh ke kesalahan yang sama dengan kesalahan yang kau alami. Untuk bisa tau gimana cara menghadapi masalah yang mungkin udah pernah kau alami sebelumnya." Angel Artha Manalu, 2017 (dengan sedikit perubahan)

Jadi, menurut kalian gimana?

Comments