7 Laws of Happiness

Banyak yang mengaku bahagia tanpa tau apa makna bahagia itu sendiri. Tak sedikit juga orang-orang menganggap orang lain bahagia dengan melihat dari takaran-takaran yang ia buat sendiri. Pekerjaan tetap, penghasilan yang cukup, jabatan yang disegani, popularitas dan tolak ukur lain yang ujung-ujungnya materi. Uang.



Saya sedang berkumpul bersama teman-teman. Alhamdulillah, full team. Semua yang di undang hadir dan sehat, alhamdulillah. Kami makan di restoran yang interiornya minimalis dan sedap dipandang. Sesekali berceriata tentang apa yang akhir-akhir ini sedang kita lakukan, beberapa curhat tentang hubungannya dengan pasangan, kebanyakan larut dalam kehidupan maya dan wifi gratis yang ada dan selebihnya sibuk dengan kepulan asap rokok, kopi hitam dan obrolan yang hanya dimengerti para lelaki. Saya coba meraba-raba perasaan apa yang sedang saya rasakan saat itu. Tidak ada. Saya coba merasa-rasa apa yang seharusnya saya rasakan disaat seperti ini. Bahagia, kah?


Nyaman. Kesenangan.

Dalam bukunya 7 Laws of Happiness, Pak Arvan menyampaikan, "Semakin jauh kita menikmati kesenangan, semakin jauh kita dari kebahagiaan"

Peristiwa yang saya ceritakan diatas membuat saya penasaran, seperti apa bahagia itu sebenarnya? Seperti apa rasanya? Sudahkan saya pernah merasakannya dan tidak menyadarinya?

Buku 7 Laws of Happiness ini menjelaskan dengan santai dan mudah diterima seperti apa konsep bahagia itu sebenarnya. Bahagia tidak tergantung dengan apa yang sedang anda lakukan, apa yang anda punya, sedang dengan siapa anda sekarang, atau apapun yang sifatnya dari luar diri. Buku ini mencoba menjelaskan bahwa bahagia sebenarnya bersumber dari diri sendiri tanpa ada campur tangan sedikiiiiiit pun dari luar. Bahagia itu adalah pilihan. Sukses tidak menjadi tolak ukur seseorang untuk jadi bahagia. Berprestasi dan populer bukan takaran untuk seseorang bisa bahagia. Yang menjadi syarat utama untuk bisa bahagia adalah sikap. Menjadi seseorang yang bahagia harus tahu betul bagaimana ia akan bersikap. Bersikap dalam hal ini bukan hanya bersikap kepada orang lain. Tapi makna bahagia sebernarnya adalah paham bagaimana harus bersikap dengan diri sendiri, bagaimana bersikap dengan orang lain dan bagaimana bersikap dengan Tuhan.

Seseorang menyalip kendaraan Anda dengan sembrono. Anda bisa saja mengejar orang itu dan memaki-makinya. Anda memilih tidak melakukannya, tetapi masih memendam marah. Memilih respons, ternyata, tidak serta merta membuat Anda bahagia. 

Namun Anda bisa memilih untuk berpikir bahwa sang Penyalip mungkin sedang dalam kesulitan dan mendoakannya agar sampai ditujuan dengan selamat. Sekonyong-konyong, perasaan marah akan lenyap seketika. Anda bisa tertawa membayangkan hal itu, Anda pun bahagia.

Dengan memilih pikiran seperti ini, kita akan selalu sehat dan berbahagia. The 7 Laws of Happiness membantu dan melatih Anda memilih pikiran-pikiran yang membuat hidup bahagia.

Membaca buku ini bukan berarti hidup Anda suram, membosankan dan kelam. Membaca buku ini membuat saya memandang hidup menjadi lebih indah. Iya, lebih indah. Membaca buku ini membuat saya melihat pentingnya memulai hubungan baik dengan diri sendiri terlebih dahulu untuk kemudian mendapatkan hubungan yang lebih baik dengan orang lain dan yang paling utama, dengan Tuhan.  

 

Comments