Life Update

Hari ini aku baru sadar bahwa hidup yang sedang kujalani adalah hidup seorang manusia dewasa yang -seperti tidak pernah cukup 24 jam dalam sehari untuknya- dari dulu selalu aku impikan. 

Sepertinya hidup akan lebih baik ketika dewasa -aku yang masih sd kala itu berfikir bahwa umur 35 tahun adalah level dimana kita disebut dewasa-. Dimana aku bisa pergi keluar rumah dengan baju pilihanku sendiri tanpa harus mengikuti Mama yang selalu akan memilih baju babydoll, lebih cocok untukku katanya. Dimana kata-kataku bisa diperhitungkan dalam forum diskusi keluarga tentang ke sekolah mana baiknya adikku harus lanjut. Dimana aku bisa datang ke sekolah dengan make up dan sepatu bertumit seperti apa yang aku lihat di ftv.

Yah, kira-kira begitulah pemikiran Nabila kecil yang memilih nonton ftv daripada tidur siang.

Tolong garis bawahi sepenggal kalimat diatas, "yang-dari-dulu-aku-impikan". Well, tentu saja tidak. Itu impianku saat bocah. Saat masih dengan percaya diri penuh keluar rumah dengan celana dalam dan singglet. Biar kuperjelas seperti apa hidup yang aku jalani akhir-akhir ini.

Setidaknya ketika adzan shubuh tiba, Mama sudah di dapur dengan suara menggelegarnya membangunkan kami yang masih tidur di kamar. Apa salahnya, ia berjalan sebentar sekitar 5 meter untuk masuk ke kamar dan mengganggu tidur kami tanpa harus menciptakan bising yang ku rasa tetangga disebrang jalan pun bisa mendengarnya. Tapi, yah. Terkadang ketika dibangunkan dari jarak dekat, rasanya menjengkelkan. Bukan suara yang terlalu mengganggu, tapi juga tangannya mengusik badan. Huh. 

Setelah itu tentu saja, aku sama dengan manusia lainnya yang mandi dan membersihkan diri sebelum memulai aktifitas. Walaupun sebenarnya aku kadang melewatkan mandi pagi saat terlambat bangun pagi. 

Tentu saja paragraf diatas menggambarkan pagiku setiap hari. Senin sampai dengan minggu. Aktivitas setelahnya yang membedakannya. 
7.30 WIB aku harus sudah sampai kampus. Yah, bisa sedikit mundur ke pukul 8 pagi di hari senin dan Jumat. Tapi jangan coba-coba terlambat di hari Selasa sampai Kamis. Terutama Selasa. Bahkan, idealnya, aku harus hadir pukul 7.15. 15 menit sebelum waktu yang kampus tetapkan untuk memulai kelas. Tentu saja karena dosen senior yang -sangat- perfeksionis dan menuntut kami -yang seharusnya jadi orang lapangan- menjadi seorang peneliti. Jangan coba-coba terlambat dikelasnya, karena dia ahli membuat semua orang yang bersalah merasa sangat hina bahkan lebih dari sampah. Percayalah! aku tidak sedang melebih-lebihkan.

Sekembalinya dari kuliah di pukul 13.00 aku hanya punya sedikit waktu untuk makan siang dan sholat dzuhur. Setelahnya, ada kelas menjahit di Senin dan Rabu. Di Selasa dan Kamis ada Kelas Dewanta, satu-satunya komunitas yang ku ikuti. Kegiatannya mengajarkan pendidikan formal dan kreatifitas kepada anak-anak disekitar tempat aku bekerja, Dusun Kreatif Indonesia. Waktu sepulang kuliah di hari Jum'at biasanya waktu untuk menjadi pembantu. Membersihkan rumah, mencuci, menyetrika, sudahlah, aku benci menjelaskannya. 

Malam hari tentu saja waktu untuk mengerjakan tugas kuliah yang kalau boleh jujur aku tak paham sama sekali. Dosen yang masuk dikelasku semester ini luar biasa uniknya. Kami yang biasanya "disuapi" dengan materi matang, disemester ini mereka hanya memberi kami garam lalu menuntut hasil berupa pizza dengan pinggiran keju mozarella di akhir semester. Ibaratkan saja seperti itu. 

Bukannya aku tidak berusaha untuk paham. Aku sudah! Percayalah! Aku belajar di malam hari, sambil maskeran. Berusaha mengembalikan warna kulit punggung tangan dan wajahku yang menggelap karena terlalu banyak terpapar sinar matahari. Tapi tetap saja, hanya 10% yang bisa ku tangkap dari apa yang kupelajari semester ini. Aku sedang tidak bercanda. Aku tidak sepintar kelihatannya. Aku saja sempat menyesali IP yang lumayan tinggi di semester lalu yang kemudian membentuk opini orang-orang disekelilingku bahwa aku pintar. Aku tidak, aku belum maksudnya. Aku hanya merasa semester ini terlalu berat. Setidaknya jangan jadikan 'maskeran' sebagai tersangka yang membuatku tidak fokus mempelajari kembali apa yang dosen-dosen senior itu sampaikan dikelas. Dan ngomong-ngomong, aku tidak jadi menyesali IP tinggi di semester yang lalu itu, kok. hehe.


Di Sabtu dan Minggu, sesekali aku mengerjakan beberapa pekerjaan di Dusun Kreatif Indonesia. Menjadi fasilitator untuk tamu-tamu outbond yang datang. Mulai dari anak TK hingga karyawan perusahaan. Ini menyenangkan, aku menyukainya. Sangat. Bertemu dengan banyak orang. Mengenal berbagai macam karakter orang dan belajar bagaimana menjadi seorang karyawan sekaligus bagian dari tim. Pernah sekali aku ikut menjadi fasilitator di luar dari tempat aku bekerja. Di Hotel Niagara, Prapat. Menyenangkan, bukan? Setidaknya untuk refreshing sejenak dari sekelibet pikiran akan tekanan-tekanan  tantangan-tantangan yang aku terima selama kuliah.  

Sama seperti perempuan yang beranjak dewasa -atau sudah dewasa- lainnya, jadwal tidurku tidak menentu. Kadang lewat tengah malam, kadang sehabis isya. Benar-benar tidak menentu. Biar ku perjelas, aku tidur sehabis isya juga hanya di Senin malam. Kan sudah kubilang, jangan sampai terlambat di Selasa pagi. 

Mungkin untukmu yang membaca tulisan ini merasa bahwa hidup yang kujalani sepertinya biasa saja. Akunya saja yang lemah, banyak mengeluh. Well, terimakasih atas pujiannya. Anehnya, Akupun berfikiran seperti itu. Kurasa ada hidup orang lain yang lebih berat dari ini, lalu kenapa aku mencoba lari? Ini belum ada apa-apanya!

Tepatnya saat aku memutuskan untuk menulis ini, aku sudah berfikir lebih jauh tentang hidup yang akan aku jalani kedepannya. Apa yang akan aku capai setiap harinya. Yah, walaupun aku belum membuat daftar "goals" harian dengan pena warna-warni di bullet journal seperti yang ada di pinterest, tapi setidaknya mulai malam ini akan ku rancang, tugas kuliah apa yang harus aku selesaikan besok, sampai dimana buku novel yang sedang kubaca besok, berapa waktu yang ku sisihkan untuk mengurus bisnis kecilku dan banyak hal lainnya. Yang kemudian, di malam selanjutnya, sebelum tidur, harusku centang apa yang sudah kuselesaikan dan mana yang belum, sebelum kemudian merancang kembali untuk hari berikutnya. Dan begitu selanjutnya. 

Kalau boleh jujur, dari semester 1 aku sudah menerapkan metode ini. Percaya tidak? Semoga saja iya. Tapi beberapa kegiatan yang diluar dari jadwal selalu lebih menarik. Seperti makan siang ke Penatapan, Brastagi. Karaoke sampai malam hari. Nongkrong di Cafe dengan kedok mengerjakan tugas. Bahkan bolos kerja dengan alasan ada jadwal di laboratorium, padahal terlalu malas untuk pulang dan tidur siang di kos teman. Memang tidak bermanfaat, jadi mohon untuk tidak ditiru.

Hari ini hampir seharian aku menggantikan Mama di Toko. Beberapa jam aku habiskan hanya memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang di jalan sambil melayani beberapa pembeli yang datang. Aku ingin cerita tentang dua laki-laki yang kebetulan juga berjualan disekitar tokoku.

Yang pertama berkulit sawo matang. Lebih gelap dari kulitku, tentu saja. Orang mandailing kalau aku tidak salah. Perawakannya seperti laki-laki dewasa pada umumnya, tidak terlalu kurus juga tidak terlalu gemuk. Setiap hari menggunakan topi yang sama, kalau aku tidak salah. Aku tidak tau berapa umurnya. Bahkan percakapan kami hanya sekedar, "Dek, ada tukar uang?". Dia menjual beberapa aksesoris handphone dan pulsa, tokonya tepat disebelah tokoku. Yang aku tahu dari Mama, dia menyewa toko disebelah dan memulai usahanya dengan bantuan modal dari abangnya, yang sesekali terlihat mampir ke Tokonya. Yang aku tahu juga dari Mama, dia buka pukul 11 siang, dimana toko sejenis yang berada tidak jauh dari tokonya sudah mulai buka 4 jam lebih cepat. Alasannya karena terlambat bangun, lalu menyempatkan dzuhur dulu di mesjid. Untuk seumuran dia -yang kupikir belum sampai 30an-, ia tidak terlalu ketakutan kehilangan rezeki. "Jangan bangun siang, ntar rejekinya dipatok orang" tidak berlaku untuknya, sepertinya. Ibadah hal yang utama, tampak dari ia yang bahkan membuka tokonya pukul 2 sore di hari Jumat, setelah sholat Jumat. Jangan sepelekan penghasilannya, ia masih mempu membeli sepeda motor 6 bulan setelah tokonya buka dan jangan lupakan tanggung jawabnya untuk membiayai adiknya yang masih kuliah di kebidanan. Aku salut.

Selanjutnya ada kakak beradik yang merantau dari Aceh. Dahulunya, mereka adalah tukang masak, sebenarnya aku ingin menulis chef tapi seperti tidak cocok karena tempat ia bekerja dahulu adalah rumah makan aceh yang buka hingga dini hari. Jangan marahi aku, hehe. Aku tidak tahu alasan mereka berhenti dari pekerjaan sebelumnya dan menjual masakan mereka sendiri di seberang Tokoku. Jarak dari tempat mereka berjualan -yang buka dari pukul 4 sore hingga 4 pagi- kira-kira 200 m dr tempat mereka tinggal. Dan setiap hari, di pukul 4 sore di adik yang kulitnya juga lebih tua dari kulitku mendorong angkong merah yang isinya peralatan mereka berjualan dari rumah ke tempat mereka jualan. Dan kalau aku tidak salah hitung, ia bolak-balik 8 kali setiap harinya. Pernah lebih, kata Mama. Untuk ukuran laki-laki yang umurnya kurasa hanya setahun diatasku, itu berat. Tapi ia mampu, dan itu rutinitasnya. Aku salut. Dan kasihan kalau-kalau ketika malam, dan ternyata hujan deras. Oh aku lupa menjabarkan seperti apa lokasi mereka jualan. Tenda seukuran 3 x 3 m dengan dua stelling didepannya, dan beberapa kursi santai untuk pembeli menunggu pesanan mereka siap. Bayangkan ketika hujan deras. Bahkan tenda yang mereka tempati hanya cukup untuk melindungi peralatan jualan mereka agar tidak basah. Dan jangan lupakan kejadian beberapa waktu lalu. Ada truk pembawa pasir yang dengan tidak sengaja menabrak barang jualan mereka hingga hancur tak bersisa. Beruntung kaka-beradik itu tidak terluka sama sekali. Hanya saja, kejadian pukul 2 pagi itu membuat mereka sibuk membersihkan tempat kejadian hingga pukul 10 pagi. 

Terbayang betapa melelahkannya hidup mereka? Rasanya tidak pantas untuk mengeluh dengan keadaan yang sangat jauh lebih beruntung. Semua orang punya waktunya sendiri untuk jenuh dengan keadaan. Tapi, kisah orang lain bisa menjadi pembangkit semangat dan meningkatkan rasa syukur untuk hidup kedepannya. 

S E M A N G A T !!!

_____________________________________________________

Maafkan gaya bahasa dalam tulisan ini. Ini tidak direncanakan. Aku baru saja membaca ulang novel yang Bella pinjamkan dari zaman batu, sangking lamanya tidak ku kembali-kembalikan. After you, judulnya. Novel terjemahan. Jadiii....., hehe

Comments